Apakah minna-san mengetahui tentang festival Hina Matsuri? Hina Matsuri atau yang dikenal dengan nama festival boneka merupakan festival atau tradisi orang Jepang yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 3 Maret untuk mendoakan pertumbuhan dan kesehatan anak perempuannya. Festival ini juga disebut “Momo no Sekku”atau festival Persik karena dirayakan pada musim saat bunga persik mekar, karena pohon persik yang mekar dipercaya orang Jepang memiliki kekuatan mengusir roh jahat.
Kebanyakan keluarga dengan anak perempuannya menyusun boneka “hina-ningyo” yang mengenakan pakaian tradisional pada zaman Heian, dan diletakkan di atas tujuh anak tangga yang ditutupi oleh karpet merah.
Urutan pada anak-anak tangga tersebut adalah:
- Kaisar dan permaisuri pada anak tangga yang paling atas.
- Tiga wanita pengadilan di pada anak tangga kedua.
- Pada anak tangga ketiga terdapat lima musisi pria.
- Pada anak tangga keempat terdapat dua orang menteri.
- Pada anak tangga kelima terdapat tiga orang pembantu atau samurai sebagai pelindung yang diletakkan di antara dua buah pohon.
- Pada anak tangga keenam diletakkan alat-alat yang dipergunakan di dalam kastil.
- Pada anak tangga ketujuh diletakkan alat-alat yang dipergunakan di luar kastil.
Kebanyakan keluarga di Jepang memajang boneka Hina pada bulan Februari dan mereka akan langsung menyimpan bonekanya kembali setelah festival berakhir. Karena adanya mitos di saat mereka membiarkan boneka Hina MASIH terpajang pada tanggal 4 Maret, anak perempuannya akan telat menikah suatu saat nanti.
Makanan yang dipajang pada saat Hina Matsuri yang bernama “hishimochi” merupakan kue beras berbentuk belah ketupat yang pada umumnya memiliki tiga lapisan berwarna merah muda, putih, dan hijau. Warna merah muda merupakan warna buah persik dan musim semi. Warna putih melambangkan salju, yang menggambarkan kesucian. Dan warna hijau mengingatkan kita pada alam, yang melambangkan kesehatan dan umur panjang.
Pada saat tanggal 3 Maret mendekat, para gadis kecil biasanya diajarkan sebuah lagu oleh orang tua mereka atau oleh para guru di sekolah untuk membantu anak-anak mengerti akan rumitnya tradisi orang Jepang pada usia dini.
Sumber : Japan Today