Mendengar kata Yakuza, tentunya kita akan teringat dengan hal-hal yang berbau kriminalitas seperti tawuran antar geng, perjudian ilegal, transaksi narkoba, dan berbagai kekerasan lainnya. Hal tersebut memang benar-benar ada dalam dunia mafia Jepang, dibenarkan oleh Shoko Tendo, mantan putri bos besar Yakuza yang sekarang menjadi seorang penulis.

Kehidupan Shoko tidaklah sekeren manga, Shoko dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan, menghabiskan masa remajanya dengan narkoba dan seks, hidupnya dipenuhi dengan kekerasan dan juga kecanduan serta percobaan bunuh diri. Satu hal yang Shoko ingat dalam ingatan masa kecilnya adalah ketika ia menyaksikan seorang berandal muda yang datang ke rumahnya dan menyerahkan potongan jari kelingking pada Ayah Shoko. Budaya ini disebut juga dengan “Yubitsume”, ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh Yakuza dengan memotong jari kelingkingnya sebagai bentuk permintaan maaf karena telah membuat kesalahan.

“Aku membenci perbuatan Ayahku, tetapi kemudian aku menjadi sepertinya.”

Setelah menginjak usia remaja, Shoko menjadi seorang yanki atau berandal dan bertingkah seperti Yakuza junior. Mencari masalah dan tidak peduli dengan apa yang dirasakan oleh orang lain . Kemudian Ia juga melakukan Irezumi, tradisi yang dilakukan Yakuza dengan mentato punggungnya sebagai identitas bahwa mereka adalah Yakuza. Namun sebenarnya, kehidupan masa mudanya ini disebabkan oleh statusnya sebagai putri dari bos Yakuza. Ia kerap dibully di sekolah sampai terlibat dalam transaksi narkoba. Ia juga pernah diperkosa dan dicekoki dengan narkoba kemudian ditinggalkan dalam keadaan babak belur. Shoko menderita patah tulang dan gigi, gendang telinga pecah, hernia, hingga hepatitis yang mungkin diakibatkan oleh penggunaan narkoba. Make-up dan operasi bedah plastik telah menutupi luka – luka yang ia alami, namun tidak dengan luka batin yang ia rasakan.

Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia sekarang menjadi seorang penulis buku dan menuliskan kisahnya ke dalam biografi yang berjudul “Yakuza Moon: Memoir Seorang Putri Gangster Jepang” dan telah diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Gagas Media.

Setelah membaca kisah diatas, apakah kalian masih berpikir kalau menjadi Yakuza itu keren?

Source : Independent uk