Jepang mempunyai banyak sekali cerita rakyat, kisah-kisah dan praktek lokal yang berkaitan dengan lilin. Kali ini, kami mengenalkan salah satu cerita yang jarang terdengar di Indonesia, “Putri Duyung dan Lilin Merah” yang ditulis oleh Mimei Ogawa.

Dahulu, hiduplah putri duyung di lautan utara di Jepang. Putri duyung tersebut berharap agar putrinya mendapatkan kebahagiaan, dan kemudian membiarkannya yang baru lahir hidup di lingkungan manusia. Kemudian putrinya itu diadopsi oleh sepasang suami-istri tua yang membuat dan menjual lilin.

Putri Duyung itu tumbuh menjadi gadis yang lembut. Ia mulai melukis gambar indah di lilin-lilin untuk membayar kebaikan pasangan suami-istri tua itu. Lilin-lilin tersebut menjadi sangat populer sebagaimana adanya rumor yang beredar bahwa jika lilin-lilin tersebut dibawa dan dinyalakan di kuil, maka kapal-kapal yang berada di lautan tidak akan karam. Meskipun menjadi orang yang sangat kaya, pasangan tua itu tergoda oleh seorang pedagang untuk menjual Putri Duyung kepadanya. Pedagang itu mendengar kabar mengenai si Putri Duyung, dan menginginkannya untuk sirkusnya yang berisi makhluk-makhluk aneh.

Putri Duyung tersebut tidak berhenti melukis gambar-gambar indah pada lilin sampai saat terakhirnya. Ketika Putri Duyung meninggalkan rumah tersebut, ia mewarnai beberapa lilin menjadi merah seluruhnya. Pada malam ia dijual, seorang wanita datang ke toko lilin tersebut dan membeli lilin-lilin merah tersebut. Kemudian pada malam itu juga, badai besar menerjang dan kapal yang membawa putri duyung itu karam. Sejak saat itu selalu terlihat lilin merah yang menyala di kuil kapanpun terjadi tragedi di lautan.

Dan ada takhyul yang tidak pernah hilang mengenai lilin merah itu. Jika lilin merah dinyalakan di kuil gunung, badai besar akan muncul dan seseorang yang melihat api dari lilin merah tersebut akan mati di laut. Pada akhirnya, keserakahan hanya merugikan diri sendiri dan orang lain.

Source: candle-night.org