Hai minna! Kali ini, tim liputan Nippon Club berkesempatan untuk mengunjungi Binus Japan Festival 2017, yaitu acara kolaborasi antara Nippon Club dengan HIMJA (Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang), yang diadakan 20-21 Oktober 2017 di Binus Kampus Anggrek. Acara yang menampilkan berbagai hal yang berhubungan dengan kebudayaan Jepang ini juga mengadakan berbagai perlombaan serta workshop, salah satunya adalah Workshop Karuta! Workshop ini menjelaskan sejarah, peraturan serta teknik bermain permainan kartu tradisional Jepang ini. Penasaran? Yuk simak saja liputannya!

Bagi kalian yang pernah mendengar atau bahkan menonton seri manga/anime Chihayafuru, pasti sudah tidak asing lagi dengan Karuta. Atau bagi kalian yang menonton film anime Summer Wars, di dalam film ini terdapat permainan kartu Jepang bernama Hanafuda yang mirip dengan karuta namun cara bermainnya yang berbeda. Workshop Karuta ini dibawakan oleh dua orang alumni Nippon Club, yaitu Bimo Ardeviansa dan Ali Chaidar.

Sebelum memulai kegiatan Workshop Karuta ini, mereka berdua menyambut para peserta workshop dan memperkenalkan diri mereka. Saat ditanyakan tentang karuta, ada peserta yang telah mengetahuinya melalui anime atau televisi, ada pula yang tidak tahu banyak soal karuta. Penjelasan singkat mengenai apa itu Karuta pun dimulai, dilengkapi dengan slide presentasi.

Karuta yang dalam hal ini juga sering disebut Uta-garuta (kartu puisi), merupakan sekumpulan kartu yang mengadung puisi-puisi yang diambil dari antologi puisi Jepang bernama Ogura Hyakunin Isshu yang berisi 100 puisi dari 100 orang penyair. Karuta sendiri terdiri dari dua jenis kartu, yaitu yomifuda (kartu yang dibacakan) dan torifuda (kartu yang diambil). Yomifuda, sesuai dengan pengertian namanya, merupakan kartu berisikan puisi yang akan dibacakan, sedangkan pemain akan berebutan untuk mengambil torifuda, kartu yang berisikan penggalan terakhir dari puisi yang dibacakan, dari susunan kartu yang ada di area permainan. Permainan Karuta biasanya dilakukan oleh pemain berjumlah genap (minimal dua orang pemain) yang akan berebutan mengambil torifuda dan seorang pembaca puisi yang membacakan yomifuda, serta kartu-kartu torifuda yang disusun pada masing-masing sisi pemain di atas tatami.

Meski tidak ada tatami, masih bisa dimainkan di atas lantai kok!

Tentunya permainan karuta ini mempunyai aturan-aturan dan teknik bermain yang berlaku. Tujuan dari permainan karuta ini adalah untuk menghabiskan semua kartu yang ada di sisi pemain, dengan mengambil kartu yang benar saat puisi dibacakan, maupun mengirimkan kartu dari sisinya ke sisi lawan dalam kondisi tertentu. Jika kartu torifuda yang tepat ada di sisi pemainnya sendiri, kartu tersebut akan dipisah dari area bermain dan jumlah kartu di sisi pemain akan berkurang, sedangkan jika kartu torifuda yang berhasil diambil pemain terletak pada sisi lawan, maka pemain berhak untuk mengirimkan satu kartu dari sisinya ke sisi lawan (disebut okurifuda). Teknik pengambilan kartu juga beragam, mulai dari mengambilnya langsung hingga “menyapu” beberapa kartu sekaligus. Ada juga berbagai penalti atau otetsuki seperti jika pemain mengambil kartu yang salah pada sisi yang salah pula, maka lawan boleh mengirim satu kartu ke pemain.




Teknik mengambil kartu

Karena kartu puisi karuta ditulis dalam bahasa Jepang, maka seharusnya baik pembaca dan pemain harus setidaknya bisa membaca Hiragana, serta bisa menghafalkan ke-100 puisi yang ada. Para pemain di Jepang juga bisa menghafal semua puisi serta diberi waktu sekitar 15 menit untuk menghafal letak setiap kartu di kedua sisi pemain. Namun berhubung sebagai orang Indonesia para peserta belum tentu bisa membaca Hiragana dan menghafal semua puisi tersebut, maka untuk keperluan workshop ini akan menggunakan aplikasi Wasuramoti, yang bisa memutar rekaman pembacaan puisi serta menampilkan kartu apa yang pemain harus ambil, jadi sangat membantu bagi pemula yang ingin berlatih bermain karuta.

Setelah diberi penjelasan mengenai cara bermain karuta, para peserta bisa merasakan langsung serunya bermain karuta! 20 orang peserta yang hadir saling dipasangkan untuk melawan satu sama lain dalam permainan ini, kemudian mereka dipinjamkan beberapa kartu yang mereka bisa susun sendiri sesuai kemauan mereka. Setelah setiap pemain siap, dengan menggunakan aplikasi Wasuramoti tadi, pemain yang belum bisa menghafal puisinya bisa melihat torifuda yang tepat dan permainan pun dimulai!

Menyusun kartu-kartu yang akan dimainkan


Penyusunan karuta yang unik ya!

Permainan berlangsung sunyi, terutama ketika rekaman pembacaan puisi diputar agar pemain bisa konsentrasi dengan kartu-kartu yang ada di atas lantai. Satu per satu kartu yang telah dibacakan pun diambil dari area bermain oleh para pemain. Meski belum menghafal puisinya, para pemain tetap bisa bersenang-senang untuk mencari kartu yang sesuai dengan yang ditampilkan oleh aplikasi. Hingga akhirnya seorang pemain berhasil mengosongkan kartu-kartu di sisinya, serta mendapatkan hadiah berupa tote bag Nippon Club berisikan berbagai merchandise menarik! Tidak hanya itu, semua peserta yang hadir juga mendapatkan kenang-kenangan berupa gantungan kunci kartu puisi karuta kecil. Dengan demikian, acara Workshop Karuta ini pun selesai dan ditutup dengan foto bersama.





Para peserta mencoba langsung untuk bermain karuta


Selamat bagi pemenang! Semoga bisa menjadi Queen ya


Torifuda/penggalan puisi Chihayafuru. Jadi ingin memilikinya….

Tidak hanya itu, kami juga berkesempatan untuk mewawancarai secara singkat Kak Bimo Ardeviansa dan Kak Ali Chaidar mengenai Karuta dan workshop tadi. Mereka berdua setelah menjadi alumni Nippon Club juga membentuk Komunitas Karuta Indonesia dan sedang mencari anggota baru melalui workshop ini. Yuk simak perbincangan kami berikut ini.

(Q = Pertanyaan; A = Ali; B = Bimo)
Q: Bagaimana awalnya Kakak berdua mengenal karuta?
A: Awalnya sih kita berdua suka anime Chihayafuru, terus ketika lagi ketemuan lagi iseng-iseng bahas, ternyata sama-sama suka, akhirnya ngajak untuk coba main. Awalnya enggak ada kartunya, jadi kita buat sendiri, nge-print, lalu dimasukkan ke sleeve VG (Vanguard). Habis itu kita main, dan untungnya ada aplikasi tertentu (Wasuramoti) yang membantu kita.

Q: Apa kelebihan Karuta dibandingkan dengan permainan Jepang lain?
B: Uniknya sih dibandingkan dengan yang lain, ini satu-satunya yang mengandalkan kecepatan mendengar menurut saya, dibandingkan dengan igo, shogi dan sebagainya. Sejauh ini belum ada yang pakai mendengar gitu. Uniknya juga di susahnya, karena banyak yang harus dihafal, mulai dari 100 puisinya untuk main, ketika main harus menghafalkan posisi kartunya di mana. Dan kalau misalkan mainnya berturut-turut, hafal harus lupa lagi, untuk permainan berikutnya hafal lagi lupa lagi dan jadi tantangan.

Q: Solusi untuk mengatasi tantangan yang disebut tadi bagaimana?
A: Lebih ke arah latihannya sih, soalnya di Jepang sendiri ada latihan intensifnya. Misalnya di kompetisi ada 5 pertandingannya dalam 1 hari, nah biasa mereka latihan juga intensifnya langsung dicoba 5 perbandingan dalam satu hari, sampai mereka terbiasa. Jadi ketika kompetisi, mereka juga sudah lebih nyaman gitu.

Q: Kakak berdua kan nonton Chihayafuru nih, kalau misalnya punya kemampuan khusus seperti Chihaya yang sebelum syllable pertama dibacakan sudah bisa gerak, kira-kira skill seperti apa yang diinginkan?
B: Mungkin bisa merasa, instingnya kuat gitu jadi bisa membedain nada bicara dan suasana puisinya. Itu sih agak lebay cuma keren kalau bisa begitu. Misalnya yang dibacakan puisi tentang kesedihan, jadi bisa merasakan ada rasa kayak sedih gitu, bisa langsung tahu mana yang sedih.
A: Saya masih normal lah hitungannya, lebih ke arah karakter yang satu lagi, Taiichi yang memang jago hafal. Dia bisa membedain kartu mana yang sudah dibacakan, kartu yang masih sisa, dan ada dalam karuta namanya kartu multi-syllable itu, kalau kartu tertentunya sudah hilang semua, dia bisa jadi pendek, langsung tahu kartunya itu.

Q: Apa kartu atau puisi yang paling disukai?
A: Kalau untuk puisi sendiri ya, mungkin karena kita suka Chihayafuru, kita yang (puisi) Chihayafuru benar-benar suka gitu. Cuma kalau saya sendiri sih, kartu favorit itu yang awalannya dari yama yang artinya gunung.
B: Kalau saya favoritnya kaze, dan memang kelemahan saya itu yama jadi enggak hafal kartu yama tapi hafal kuat kartu kaze.

Q: Bagaimana perasaannya setelah menjalankan workshop tadi?
A: Jujur senang banget. Kita juga pikir untuk karuta karena kita pernah mencoba-coba ke orang, terlihat gambaran bahwa orang enggak terlalu tertarik untuk karuta ini. Makanya tadi ekspektasinya sudah agak ngeri, orang-orangnya bakal semangat enggak ya buat main ini atau gimana gitu. Cuma tadi benar-benar bagus dan enak banget, mereka juga mengikuti dan paham apa yang kita jelaskan. Main juga benar-benar sesuai dengan apa yang kita sudah ajarkan. Ke depannya juga mau seperti ini lagi.


Sekian liputan dari Workshop Karuta ini. Kami berterima kasih kepada Kak Bimo Ardeviansa dan Kak Ali Chaidar yang telah membawakan workshop ini dengan baik, serta kepada teman-teman panitia yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan Binus Japan Festival dan Workshop Karuta ini. Bagi kalian yang berminat dengan permainan Jepang yang satu ini, ayo bergabung dengan Karuta Community Indonesia untuk bertemu dan latihan karuta bersama!

Terima kasih telah membaca artikel liputan kali ini. Tunggu liputan event serta artikel-artikel Nippon Club lainnya ya!

Acara ini diliput oleh Genshin