Catatan: Artikel ini bersifat subjektif dan bersih dari spoiler

(c)2017 Fuji Television Network, Toho, Shueisha (c)Mika Yamamori/Shueisha

Halo minna, kembali lagi pada artikel ulasan kami yang merupakan salah satu film pada acara Japanese Film Festival 2017 di CGV Grand Indonesia yaitu Daytime Shooting Star atau dalam bahasa Jepang yakni Hirunaka no Ryuusei.

Hirunaka no Ryuusei menceritakan sebuah konflik cinta segitiga antara guru dengan siswanya. Berawal dari Suzume Yosano (diperankan oleh Mei Nagano) yang merupakan gadis desa yang disuruh orang tuanya untuk pindah ke Tokyo dan tinggal bersama dengan pamannya. Diperjalanan mencari alamat pamannya itu, Yosano selalu tersesat dan sampai akhirnya ia pun kelelahan dan jatuh pingsan lalu ditolong oleh seorang pria bernama Satsuki Shishio (diperankan oleh Shohei Miura) dan dibawanya ke kafe tempat pamannya bekerja. Yosano pun akhirnya masuk ke SMA baru dan mempunyai teman bernama Daiki Mamura (diperankan oleh Alan Shirahama) yang duduk persis disebelahnya. Shishio merupakan guru dari Yosano dan Mamura. Shishio dan Mamura pun jatuh hati kepada Yosano yang merupakan gadis lugu dan belum pernah berpacaran itu. Yosano harus memilih diantara pilihan yang sulit.

Film ini diangkat dari manga karangan Mika Yamamori dan kemudian diangkat menjadi live action yang disutradarai oleh Takehiko Shinjou dan penulis ceritanya yaitu Naoko Adachi. Manga dari Hirunaka no Ryuusei ini sangat terkenal dengan memiliki 12 volume dan sebuah spinoff telah terjual sebanyak 1,93 juta kopi dalam bentuk fisik dan versi digitalnya telah diunduh sebanyak 500.000 kali.

Dengan genre romantisme yang dilatar belakangi anak-anak SMA, film ini menarik dan menghibur untuk ditonton. Para pemain juga sangat baik dalam memerankan peran mereka sehingga penonton dibuat terkesima dan hanyut kedalam cerita dalam setiap adegan yang terkandung didalamnya. Film ini juga mengandung nilai persahabatan yang baik. Soundtrack lagunya pun mendukung film ini semakin romantis. Kekurangan dari film ini adalah alur ceritanya yang mudah ditebak oleh penontonnya dan konfliknya yang kurang. Tetapi, secara keseluruhan film ini sangat bagus untuk disaksikan.

Jangan sampai melewatkan film ini ya minna. Kalian dapat menyaksikan film ini dalam acara Japanese Film Festival 2017 di Jakarta yang berlangsung dari tanggal 2-7 November sesuai dengan jadwal yang tersedia.

Tentang Japanese Film Festival 2017

Japanese Film Festival (JFF) adalah festival film terbesar yang memperkenalkan film-film Jepang kepada masyarakat dunia, khususnya di Asia Tenggara dan Australia. JFF berusaha untuk menghadirkan Jepang secara utuh dan memberikan pemahaman tentang Jepang secara lebih mendalam melalui film.

Pada tahun 2015, JFF diselenggarakan di Jakarta oleh Agency of Cultural Affairs of Japan dengan dukungan Kedutaan Besar Jepang, The Japan Foundation, dan Japan Image Council. Sejak tahun 2016, The Japan Foundation, Jakarta mulai menyelenggarakan sendiri JFF sebagai sebuah festival tahunan. JFF 2016 berlangsung di Jakarta dengan menayangkan sebanyak 14 film Jepang pilihan. Festival tersebut berhasil menyedot perhatian sebanyak 4500 penonton dalam rentang waktu tiga hari.

Menyambut kesuksesan JFF 2016 dan antusiasme masyarakat penikmat film Jepang di Indonesia yang semakin tinggi, tahun ini JFF diselenggarakan di empat kota, yaitu Denpasar, Jakarta, Makassar, dan Yogyakarta. Di Denpasar, JFF 2017 bergabung dengan BALINALE – Bali International Film Festival. Sementara itu, kerja sama dengan Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF) masih akan berlanjut untuk penayangan film-film Jepang di Yogyakarta pada tahun ini.

Seluruh Informasi terkini mengenai Japanese Film Festival 2017 dapat diakses di:

Facebook Fanpage : Japanese Film Festival – Indonesia
Website : http://id.japanesefilmfest.org/
E-mail : indonesiajff@gmail.com

Japanese Film Festival 2017
The Japan Foundation, Jakarta
Gd. Summitmas I Lt.2-3
Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62, Jakarta

Contact us:
Tel. 021-5201266
indonesiajff@gmail.com

Artikel ini dibuat oleh A-Lien