Halo minna, pada gelaran rangkaian acara pembukaan Japanese Film Festival Jakarta di CGV Grand Indonesia kemarin kami mendapatkan kesempatan untuk menginterview Chelsea Islan sebagai Ambassador Japanese Film Festival 2017, Kora Kengo sebagai aktor utama film A Story Of Yonosuke, dan Produser dari A Story Of Yonosuke yakni Toshikazu Nishigaya. Penasaran kan? Yuk disimak artikel interviewnya dibawah ini.

Q: Pertanyaan
C: Chelsea Islan
K: Kora Kengo
P: Produser Toshikazu Nishigaya

Q: Untuk Chelsea Islan, Bagaimana sih tanggapannya kembali menjadi ambassador dalam perhelatan Japanese Film Festival tahun ini?

C: Sebuah kehormatan, dan terima kasih kepada Japanese Film Festival dan Japan Foundation yang menawarkan kerjasama kembali. Untuk antusiasmenya juga luar biasa, dimana banyak orang yang datang dan mereka terlihat excited gitu. Tahun ini juga senang sekali bisa bekerja sama dengan Kora Kengo, semoga kedepannya bisa kolaborasi lebih baik lagi dan mempererat hubungan dengan Jepang khususnya di Industri perfilman sendiri.

Q: Menurut kalian industri film Indonesia di Jepang sendiri bagaimana ya perkembangannya?

P: Untuk film Indonesia di Jepang sendiri saat ini masih jarang dan hanya tampil dalam suatu acara tertentu, tidak dalam penayangan seperti biasa.

K: Ini pemikiran saya pribadi, apabila ada suatu film tidak ada yang menonton maka film itu tidak ada. Maka dengan film festival sendiri menjadikan film yang tidak ada ini menjadi ada dan dikenal oleh orang banyak, baik di Indonesia maupun di jepang.

Q: Tadi di konferensi pers Kora Kengo sempat berbicara soal tempat wisata di Indonesia dan sudah berkunjung ke Jogjakarta. Apakah ada keinginan untuk membuat film di tempat wisata di Indonesia?

K: Tentunya sangatlah ingin apabila ada kesempatan.

Q: Kepada Kora Kengo, anda kan salah satu aktor berbakat di industri perfilman Jepang. Apakah anda pernah mendengar fans dari luar Jepang dan apakah tau kalau anda memiliki fans di Indonesia?

K: Saya tidak tahu, oleh karena itu saya agak khawatir saat datang kesini. Kemudian ada beberapa orang yang menghampiri dan mengenali saya hingga akhirnya saya tahu bahwa saya memiliki fans di Indonesia.

Q: Untuk bapak produser, ada keinginan tidak untuk membuat film dengan latar Indonesia? Dan untuk Chelsea sebelumnya sudah pernah ke Jepang, ada keinginan mengajak bermain film di Indonesia nggak sih?

P: Sebelumnya saya pernah menghadiri sebuah acara perfilman di Indonesia dan darisitu saya ada keinginan untuk membuat film di Indonesia.

C: Kalau aku apabila ada tawaran lagi dari Jepang pastinya ingin sekali. Sebelumnya kan aku sudah pernah bermain film kerja sama dengan Jepang. Disana aku bisa bertukar budaya, meningkatkan pariwisata, dan masih banyak lagi. Untuk filmnya sendiri belum ditayangkan di TV lokal kecuali menggunakan TV kabel, untuk di Jepang sendiri rating filmnya cukup bagus.

Q: Untuk Chelsea Islan kan sebelumnya pernah bermain film Jepang. Ada perbedaan budaya bekerja tidak antara Jepang dengan Indonesia sendiri?

C: Sangat berbeda, mereka sangat disiplin, mereka sangat on time, dan mereka berkomitmen pada waktu. Kalau disini kan kadang-kadang syuting film tidak selesai sampai malam hingga akhirnya molor sampai pagi, sampai besoknya lagi, dan semacamnya. Namun dengan hal ini kita jadi bisa menghargai waktu, sebagai aktris juga belajar dari sana mereka sangat komitmen, ontime, ramah, dan mengapresiasi satu sama lain.

Q: Tertarik merambah ke bidang lain nggak selain bermain film? Misalnya penyanyi atau semacamnya.

K: Saya tipikal orang yang fokus dalam satu hal. Saya telah menjalani bidang ini sejak umur 16 tahun dan bidang inilah yang merupakan hal utama dalam hidup saya. Ini merupakan pemikiran saya pribadi apabila saya menjadi penyanyi atau tampil dalam talk show maka sebagai aktor kita tidak boleh terlalu menampilkan karakternya. Dan saya tidak bisa bernyanyi, buta nada.

Q: Japanese Film Festival ini kan menayangkan film drama dan animasi Jepang. Untuk Chelsea Islan pribadi sendiri ada anime atau film jepang favorit nggak sih?

C: Ah, untuk anime ada. Waktu itu aku pernah kerjasama dan diundang oleh Studio Ghibli. Untuk salah satu yang favorit sendiri yaitu “Spirited Away” karena dari kecil sejak kelas 5 SD dikenalkan oleh guru dan teman sekelas. Jadi memang dari kecil sudah tumbuh dengan budaya Jepang-Indonesia. Seperti Totoro aku juga suka.

Sekian artikel hasil interview bersama Chelsea Islan, Kora Kengo, dan Produser dari A Story Of Yonosuke yakni Toshikazu Nishigaya. Banyak fakta unik dan menarik yang kita dapatkan ya dari ketiganya khususnya terkait industri film di Jepang dan Indonesia. Terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat khsusunya panitia Japanese Film Festival yang memberi kesempatan dalam wawancara kali ini. Terima kasih juga bagi pembaca setia Nippon Club, sampai jumpa di artikel-artikel Nippon Club lainnya ya.

Interview ini dilakukan oleh Nippon Club bersama dengan rekan media lain