Pada Pekan Sinema Jepang 2018 yang diselenggarakan pada CGV Grand Indonesia di Jakarta menayangkan salah satu film lama yang pernah tayang di Jepang pada tahun 1954 yaitu Godzilla (1954). Godzilla (1954) adalah film pertama dari seri Godzilla yang disutradarakan oleh Ishiro Honda.

Sinopsis:
Jepang dilanda kepanikan setelah beberapa kapal meledak dan tenggelam. Pada awalnya, pihak berwenang berpikir bahwa ini adalah ulah dari tambang bawah air atau aktivitas gunung berapi bawah laut. Pihak berwenang segera menuju ke Pulau Odo, dekat dengan tempat beberapa kapal tenggelam. Suatu malam, sesuatu datang ke daratan dan menghancurkan beberapa rumah dan juga membunuh beberapa orang. Sebuah ekspedisi dilaksanakan ke pulau yang dipimpin oleh ahli paleontologi Profesor Kyohei Yamane, putrinya Emiko, dan angkatan laut muda Hideto Ogata (yang juga kebetulan adalah kekasih Emiko, meskipun dia bertunangan dengan Dr. Daisuke Serizawa) segera menemukan sesuatu yang lebih menakutkan daripada yang bisa dibayangkan dalam bentuk monster setinggi 164 kaki (50 meter) yang disebut penduduk asli Gojira. Sekarang, monster itu mulai mengamuk yang mengancam untuk menghancurkan tidak hanya Jepang, tetapi seluruh dunia. Bisakah monster itu dihancurkan sebelum terlambat dan peran apa yang dimainkan Serizawa yang misterius dalam pertempuran?

Di dalam cerita kita bisa merasakan suasana yang menegangkan dan mengecam pada saat Godzilla menampakkan diri atau juga saat menghancurkan kota. Karena film Godzilla (1954) termasuk film lama, jadi layar tampilannya masih hitam putih. Tapi karena hal tersebut yang makin membuat film Godzilla (1954) menjadi lebih seram.

Ada satu hal lagi yang membuat film Godzilla (1954) lebih seram, yaitu audio dan background musiknya. BGM “Attack Godzilla!” yang diputar pada saat Godzilla menghancurkan kota benar-benar membuat kita merasakan suasana yang menegangkan dan yang lebih menegangkan pada film Godzilla (1954) ketika saat BGM tidak diputar dan hanya ada suara langkah dari Godzilla. Jadi para penonton bisa membayangkan betapa menyeramkannya apabila ada makhluk besar yang mendekat kearah kita.

Tapi karena film Godzilla (1954) adalah film yang sangat tua jadi wajar bila di film ini tidak ada Computer-Generated Imagery atau yang lebih dikenal dengan CGI, dan pada gerakan Godzilla juga masih agak memaksa sehingga tidak keliatan seperti gerakan pada umumnya. Pemotongan dan penyambungan antar scene pada film Godzilla (1954) juga sangat kurang, jauh berbeda dengan editan film jaman sekarang.

Godzilla (1954) memenangkan penghargaan “Japan Movie Association” Awards pada kategori “Special Effects” dan mendapat nominasi pada kategori “Best Picture” pada tahunnya. Pada tahun 2007, Godzilla (1954) juga memenangkan “Saturn Awards” sebagai “Best DVD Classic Film Release”.

Film Godzilla (1954) membuktikan tidak semua film lama buruk, ada banyak film lama yang bagus baik dari sudut pandang cerita dan juga special effect. Bagi kalian penggemar Godzilla ataupun pencinta film tahun 1900-an, film ini cocok untuk kalian saksikan ditambah efek nostalgia yang tidak bisa kalian dapatkan dari film-film jaman sekarang.

Sekian review film Godzilla (1954) dan terima kasih kepada Pekan Sinema Jepang 2018 yang telah menanyangkan kembali film tersebut. Sampai ketemu lagi di ulasan film berikutnya!

Artikel ini dibuat oleh GachaMan