Shoyu menjadi salah satu bumbu makanan khas Jepang yang tidak dapat dilupakan. Meski banyak orang yang mengatakan shoyu sebagai kecap asin, namun shoyu berbeda dari kecap asin pada umumnya. Rasa asin yang sedikit manis menjadi sensasi yang tidak didapatkan di kecap asin lainnya.
Meski pada awalnya kecap asin pertama kali diproduksi oleh negara China, namun shoyu mampu menarik perhatian banyak orang. Kecap asin pertama kali diproduksi oleh para pendeta Buddha di negara China. Tujuannya pada saat itu adalah untuk memperkaya cita rasa dari makanan vegetarian mereka tanpa tercemar oleh sesuatu yang berasal dari hewan. Pada kecap asin mereka, digunakan kacang kedelai sebagai bahan bakunya. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang Jepang yang belajar dengan para pendeta ini menjadi tahu cara pembuatan dari kecap asin tersebut. Alhasil orang-orang Jepang akhirnya memproduksi kecap asin. Namun kecap asin yang dihasilkan tidak sama dengan kecap asin dari negara China.
Rahasianya adalah penambahan gandum dan biji-bijian lainnya ke dalam kacang kedelai yang akan difermentasi. Akibat penambahan gandum, fermentasi yang terjadi tidak hanya menjadikan kecap terasa asin. Namun terdapat sensasi manis, bahkan tak jarang terdapat sedikit rasa alkohol pada kecap asin ala Jepang ini. Ini yang membuat kecap ini menjadi dasar bumbu bagi beberapa saus di Jepang. Bahkan beberapa orang mengatakan menyantap makanan jepang dengan kecap ini saja sudah terasa lezat.
Seperti kecap asin pada umumnya, shoyu memiliki beberapa jenis atau turunannya. Jenis dari shoyu adalah koikuchi, usukuchi, tamari, saishikomi, shiro. Koikuchi merupakan shoyu yang paling umum kita temukan, baik di negara Jepang maupun di luar Jepang. Shoyu ini memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan jenis shoyu lainnya. Meski koikuchi adalah shoyu, namun orang banyak yang mengatakan ini adalah kecap manis. Karena rasanya yang cenderung manis dan kental.
Usukuchi, shoyu yang dikenal oleh orang Indonesia sebagai ‘kecap asin’-nya orang Jepang. Karena warnanya lebih terang, lebih cair, dan rasanya lebih asin dari koikuchi. Meski demikian, beberapa orang suka mencampurkan koikuchi dengan usukuchi saat menyantap makanan Jepang. Tujuannya agar rasa dari shoyu lebih seimbang.
Tamari merupakan shoyu yang cukup unik. Karena tamari tidak menggunakan gandum dalam pembuatan shoyu. Ciri khas tamari adalah perubahan warna yang terjadi saat dipanaskan. Selain itu tamari memiliki rasa umami yang cukup kuat. Sehingga tamari lebih sering menjadi tambahan untuk saus dan senbei untuk memperkaya rasa dan memperbaiki warna.
Saishikomi umumnya jenis shoyu yang hanya dibuat di prefektur Yamaguchi. Proses pembuatan dari sashikomi paling lama dan kompleks dibandingkan dengan jenis shoyu lainnya. Karena proses penambahan gandum/ beras berlangsung sebelum dan sesudah proses fermentasi. Alhasil rasa dari shoyu ini lebih tajam dibanding yang lainnya.
Terakhir adalah shiro, shoyu putih. Dibandingkan jenis shoyu yang lainnya, shoyu ini terlihat paling berbeda. Warnanya bukan gelap, namun lebih mirip warna dashi yang putih ataupun kekuningan. Meski secara aroma dan rasa cukup ringan, namun shoyu ini adalah yang termanis dibanding shoyu lainnya.
Jadi, sekarang sudah tahu rahasia keunikan rasa dari shoyu? Meski sudah tahu, pastikan jenis shoyu yang kalian pilih tepat untuk makanan khas Jepang kalian ya!
Sumber: Asahi dan Japanese Ingredients
Penulis: Zhe
Penyunting: Gachaman