Halo minna-san! Kembali lagi bersama dengan tim Jurnalistik Nippon Club. Kali ini kami berkesempatan untuk meliput GJUI atau Gelar Jepang Universitas Indonesia yang ke 25. Acara ini berlangsung mulai dari tanggal 2 hingga 4 Agustus 2019 dan dilaksanakan di tempat yang berbeda. Pada hari pertama dan kedua GJUI digelar di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, pada hari ketiga dilaksanakan di Lapangan Parkir FPsiko – FISIP Universitas Indonesia. Penasaran bagaimana keseruan acara ini? Yuk disimak artikelnya!
Seperti event pada umumnya yang tidak terlepas dari adanya stand merchandise anime yang menarik. Banyak pengunjung yang berdatangan dan menghampiri stand untuk melihat-lihat dan membeli merchandise yang mereka sukai.
Selain stand merchandise, terdapat stand makanan dan minuman di area event. Banyak variasi dari makanan jepang dan minuman yang dijual, yaitu ada okonomiyaki, takoyaki, onigiri, oden, ramen, karage, kakigori, lemon squash, thai tea, lemon tea, dan masih banyak lagi. Lalu kalian juga dapat duduk dan beristirahat sambil menikmati makanan dan minuman yang kalian beli di area tersebut.
Event GJUI juga memiliki berbagai macam pertunjukkan. Pertunjukkan ini dilaksanakan dalam sebuah auditorium yang berada di area event. Salah satu pertunjukkan yang dilaksanakan yaitu arumba.
Arumba merupakan alat musik khas Jawa Barat yang tergolong dalam seni musik dari berbagai alat musik yang terbuat dari bambu seperti angklung, gambang, gendang, dan sebagainya. Pada GJUI ke-25 mereka menampilkan arumba, beberapa varian lagu dimainkan dari lagu dengan tempo yang lambat hingga cepat. Mereka membawakan lagu Doraemon karya Komiko Osugi, selain itu mereka juga membawakan lagu Surat Cinta Untuk Starla karya Virgoun Tambunan, dan juga lagu Senbonzakura yang dinyanyikan oleh vocaloid Hatsune Miku. Terdengar merdunya para pemain memainkan lagu-lagu tersebut dan terlihat juga kelincahan mereka dalam menggunakan alat musik tersebut. Terlebih lagi yang memainkannya tidak hanya orang Indonesia, namun juga orang Jepang yang ikut berpartisipasi dan secara bergilir berpindah menggunakan alat musik yang lain.
Selain pertunjukkan, terdapat berbagai lomba yang diselenggarakan di GJUI. Contohnya seperti lomba karaoke dan lomba makan takoyaki. Para peserta lomba pun juga sangat antusias mengikuti lomba tersebut.
Bagi pengunjung yang suka bermain game dibandingkan berjalan-jalan, GJUI juga menyediakan arena bermain game. Semua permainan disana tidak dipungut biaya dan tidak ada ketentuan tertentu selama tidak bertindak di luar peraturan kampus. Game yang tersedia merupakan game pertarungan seperti Tekken 7, Samurai Showdown, Blazblue Cross Tag Battle, dan sebagainya.
Bagi pengunjung yang ingin menambah wawasan, ada juga workshop yang tersedia seperti workshop shodo atau kaligrafi Jepang, dan juga workshop komik. Pada workshop shodo, mereka juga mendatangkan pengajar shodo yang dimana pengajarnya sudah menulis shodo sebelum masuk sekolah dasar. Ia juga mengatakan kalau shodo itu menyenangkan dan ia juga sangat suka menggambar. Ia mengatakan bahwa umumnya di Jepang belajar shodo dimulai saat kelas tiga SD dan berlangsung selama 9-10 tahun. Selain itu shodo juga ada buku paketnya dan peringkat-peringkatnya juga lho, tidak hanya buku pelajaran yang biasa di pelajari saja dan keluarnya setiap musim.
Pada workshop komik, GJUI mengundang Alfi Zachkyelle. Sedikit informasi, Alfi merupakan penggagas dari Kampoong Monster yang mengharumkan nama bangsa dan sudah mendapatkan banyak penghargaan. Karyanya yang berjudul “Vatalla Sang Pelindung” juga pernah diadaptasi menjadi serial film di Trans7. Dalam workshop kali ini, peserta diminta untuk menggambar komik dengan tema Timun Mas. Para peserta juga diberi kesempatan untuk berkreasi, mereka dapat mengubah cerita sesuai imajinasi.
Kalian pasti sudah mengetahui karya-karya yang mengagumkan dari Studio Ghibli. Pada acara kali ini, terdapat bedah film dari salah satu karya Studio Ghibli, yakni film Totoro. Pembahasan film Totoro ini lebih ke arah misteri dan desas desus Totoro sebagai urban legend.
Pada GJUI kali ini mereka juga mendatangkan mahasiswa dari Universitas Darma Persada untuk melakukan demonstrasi kendo. Mereka juga memberikan penjelasan mulai dari perlengkapan yang digunakan hingga teknik-teknik dalam kendo. Teknik-teknik yang didemonstrasi juga dilakukan selama empat kali, seperti gerakan shomen. Gerakan shomen merupakan tebasan ke arah kepala, namun yang diserang tidak menerima serangan langsung secara fisik pastinya, namun ditahan dengan shinai, pedang bambu yang digunakan saat kendo.
Pada hari kedua GJUI, pengunjung yang datang lebih ramai dibandingkan dengan hari pertama. Tidak jauh berbeda dari hari yang pertama, di hari kedua ini juga ada berbagai workshop dan lomba. Yuk simak keseruannya!
Lomba pada hari kedua juga tidak kalah menarik dibandingkan dengan lomba karaoke pada hari pertama, yakni lomba cover dance. Lomba cover dance ini memang banyak pengunjungnya dari tahun ke tahun berjalannya GJUI. Memang seru menonton tarian yang memanjakan mata di GJUI ini. Lomba dance cover ini merupakan lanjutan dari sepuluh peserta yang mendaftar lomba dan terpilih dari unggahan youtube mereka. Terlebih lagi, lomba dance cover ini dinilai oleh lima juri dan tiga diantaranya sudah berpengalaman dalam dance cover, yakni Itta yang merepresentasikan Nekopurple dari grup Nekodachi, Ryan Ricky Wirawan dari Shorty Entertainment, dan Naya dari grup STAR SUGAR. Ketiga grup ini, sebelumnya pernah mengambil peringkat dalam lomba dance cover di event Jejepangan besar di sekitar Jabodetabek. Contohnya seperti Nekodachi yang pernah meraih juara kedua pada event Tanabata Matsuri 2019, Shorty Entertainment pernah meraih juara ketiga pada Grand Metro Dance Competition 2017, dan STAR SUGAR pernah mendapat peringkat ketiga pada Bonenkai Festival 2016.
Workshop Karuta, seperti workshop pada umumnya pasti ada pengenalan mengenai sejarah Karuta. Selain pengenalan mengenai sejarah, penggelar workshop juga menceritakan sedikit mengenai klub mereka, yakni Ogura Karuta Club. Ogura Karuta Club sendiri, merupakan klub bermain Karuta. Namun klub ini tidak hanya sekedar bermain karuta, tetapi mereka juga mengikuti bebagai lomba. Bahkan mereka juga akan membawa nama Indonesia untuk lomba Otsu Hikaru Cup 2019 pada November mendatang lho! Bagi yang menonton anime ataupun live action Chihayafuru pastinya tahu dong, kartu yang dimainkan itulah yang bernama karuta. Workshop ini mengajarkan, tata cara bermain dalam permainan karuta, dan kalian juga dapat menikmati permainan karuta ini hingga akhir sesi workshop.
Selain workshop karuta, ada juga workshop kelas Jepang. Di workshop kelas Jepang ini, kita mempelajari bahasa Jepang seperti Katakana, Hiragana dan Kanji. Workshop ini mirip dengan kelas-kelas bahasa kalian di bangku SD, SMP, maupun SMA, karena memang program studi yang dibawakan merupakan program dari sekolah bahasa Jepang Gakushudo. Sekolah bahasa Jepang Gakushudo sendiri sudah berdiri sejak tahun 1987 yang bergerak dalam bidang pendidikan dan penerbitan buku, seperti buku bahasa Jepang dan juga manga. Bagi yang suka Jejepangan namun kurang mengerti bahasa Jepang dan memiliki waktu luang, workshop ini cocok diikuti untuk mengisi waktu anda dengan pelajaran bahasa Jepang.
Selanjutnya, ada workshop kelas kecantikan. Kelas kecantikan yang identik dengan cantik, mungkin yang terlintas di pikiran anda adalah make up. Ya, memang benar pada workshop kelas kecantikan ini memberikan penjelasan dan mengajarkan make up menggunakan produk dari PIXY. Produk ini merupakan salah satu produk kosmetik untuk perempuan yang terbesar di dunia. Pada workshop kali ini, mereka mengajarkan cara penggunaan kosmetik yang baik dan benar seperti penggunaan lipstick dan sebagainya.
Selain lomba dan workshop, ada juga talkshow yang membahas mengenai salah satu pahlawan super dari Indonesia, yakni Gundala. Bagi yang belum kenal Gundala, Gundala merupakan seorang tokoh komik karya Hasmi yang pertama kali muncul di tahun 1969 dan terinspirasi dari tokoh legenda Jawa, Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo merupakan sosok sakti yang mampu menangkap petir dengan tangannya. Membahas mengenai petir, Gundala merupakan tokoh komik yang memiliki kekuatan berelemen petir. Lebih lanjut, Gundala sang putra petir diadaptasi menjadi film layar kaca di Indonesia dan di sutradarai oleh Joko Anwar yang sebelumnya pernah menyutradarai film Pengabdi Setan. Gundala juga akan tayang di bioskop kesayangan anda pada Agustus 2019 ini, dan dikabarkan bahwa film ini akan menjadi film pertama di Indonesia yang menggunakan dolby atmos.
Pada GJUI tahun ini, ada sebuah acara menarik dan tidak kalah seru. Saat acara ini berlangsung, satu venue menjadi sangat ramai dengan berkumpulnya pengunjung di satu titik. Ya, kalian benar! Bernyanyi dan berpesta bersama dengan Korekara Karaoke Vol.1 Bandori Karaoke Party! Kalian bebas menyanyikan lagu apa saja disana. Tidak usah khawatir jika tidak tahu liriknya, karena ada proyektor yang menampilkan lirik pada layar yang tersedia.
Lalu ada acara talkshow yang dibawakan oleh beberapa orang dari Bumilangit. Bumilangit sendiri merupakan perusahaan hiburan berbasis karakter terdepan, dan karakter-karakter tersebut terbagi menjadi dalam dua kategori semesta yakni semesta pendekar dan pahlawan super. Ada pahlawan super yang berasal negeri barat, ada juga yang berasal dari Indonesia. Bahkan komik pahlawan ini sudah lama terbit di Indonesia.
Demikian artikel liputan GJUI dalam dua hari ini. Bagi yang penasaran dengan kegiatan GJUI lainnya, nantikan kami kembali. Karena GJUI hari ketiga memiliki kegiatan yang tidak kalah serunya dari hari pertama dan kedua. Jadi sampai bertemu kembali di liputan GJUI kami di hari ketiga ya!
Penulis : NvM, yaya
Editor : Zhe