I think perfection is ugly. Somewhere in the things humans make, I want to see scars, failure, disorder, distortion - Yohji Yamamoto
"Menurut saya, kesempurnaan itu sesuatu yang buruk." Wah! Kutipan tersebut berisi sesuatu yang tidak biasanya. Bukankah kutipan tersebut bertentangan dengan pemikiran kita terkait sesuatu yang sempurna, tertata rapi, dan keteraturan adalah hal yang baik? Siapakah Yohji Yamamoto?
Konnichiwa Minna-san! Apa kabar? Semoga Minna-san sehat menjaga kesehatan di tengah era New Normal ini ya. Artikel kali ini akan membahas sesuatu yang berbeda dari biasanya yaitu tentang fashion.
Masyarakat masa kini tidak asing lagi dengan fashion. Fashion sendiri berarti cara berpakaian yang terdiri atas tata pakaian, potongan rambut, corak hiasan dan sebagainya. Fashion telah menjadi gaya hidup masyarakat masa kini, tidak jarang kita menemukan tagar #OOTD atau sering disebut outfit of the day. Berbagai pakaian bermerek atau branded pun telah hadir untuk melengkapi #OOTD masyarakat masa kini misalnya: Gucci, Fendi, Chanel, Zara, Louis Vuitton, Y-3, dan lain-lain.
Y-3 adalah salah satu merek pakaian ternama dari Jepang. Pemilik sekaligus pendirinya adalah Yohji Yamamoto(山本耀司 Yamamoto Yōji). Yohji Yamamoto lahir pada 3 Oktober 1943, ia berusia 77 tahun saat ini. Tahukah minna-san bahwa Yamamoto sebenarnya adalah desainer dengan gelar sarjana hukum? Yamamoto lulus dari Keio University, Tokyo pada 1966 dengan gelar sarjana hukum. Namun, ia meninggalkan karirnya di bidang hukum untuk membantu ibunya dalam bisnis pembuatan pakaian. Ia lalu melanjutkan pendidikannya di Bunka Fashion College dan memperoleh gelarnya pada 1969. Inilah cikal bakal ia menjadi seorang fashion designer ternama.
Setelah Yamamoto mendapatkan gelarnya pada 1969, ia pindah ke kota mode, Paris pada 1970. Sejak kepindahannya ke Paris, Yamamoto semakin dekat dengan mimpinya menjadi fashion designer terkenal. Ia meluncurkan mereknya sendiri yaitu “Y” di kota kelahirannya, Tokyo pada 1972. Setelah itu, ia juga memperkenalkan mereknya di Paris pada 1981.
Pada suatu kesempatan interview di New York pada 1983, Yamamoto mengungkapkan pandangannya terhadap dunia desain dan fashion. Ia mengatakan, “Ketika saya mulai merancang merek saya “Y” pada tahun 1977, hal yang saya inginkan adalah perempuan menggunakan pakaian pria. Saya melompat pada ide mendesain mantel untuk perempuan. Itu berarti suatu gagasan – mantel yang menjaga dan menyembunyikan tubuh wanita. Saya ingin melindungi tubuh wanita dari sesuatu – mungkin dari mata pria atau angin dingin”.
Yamamoto dikenal dari cara penjahitan avant-garde-nya yang menampilkan estetika budaya Jepang. Ia telah memenangkan berbagai penghargaan penting karena kontribusinya dalam dunia fashion seperti Chevalier of Ordre des Arts et Des Lettres, Medal of Honor with Purple Ribbon, the Ordre national du Mérite, the Royal Designer for Industry dan the master of Design Award by Fashion Group International. Wah, sangat banyak penghargaan yang telah diterima oleh Yamamoto ya!
Gaya desain Yamamoto terbilang unik karena sering menggunakan siluet yang besar dan penggunaan warna hitam yang mendominasi setiap desainnya. Warna hitam digambarkan oleh Yamamoto sebagai “Warna yang sombong tetapi sederhana pada saat yang bersamaan. Hitam adalah warna yang malas dan mudah, tetapi misterius”. Menurut Yamamoto, penggunaan warna hitam seolah-olah mengatakan “Saya tidak menganggu anda, jangan menganggu saya”.
Secara estetika, teknik menjahit secara dekonstruktif milik Yamamoto terkait dengan metode menjahit konstruksi pakaian non-barat tradisional dengan konsep bahwa benda-benda dan bahan alami, organik, dan tidak sempurna juga bisa indah. Estetika ketidaksempurnaan dan ketidaklengkapan ini adalah ciri khas dari style wabi-sabi. Wabi-sabi adalah sebuah pandangan dari Zen Buddhisme. Yamamoto tidak mempelajari wabi-sabi secara formal, ia menciptakan produknya dari kebudayaannya, yang bisa dibilang salah satu paling estetis di dunia.
Hal unik dari desain Yamamoto adalah desainnya yang memiliki keambiguitas gender. Hal ini berarti koleksi yang diciptakan oleh Yamamoto kebanyakan dapat dipakai oleh laki-laki maupun perempuan. Teknik desain bermain peran lintas gender ini telah lama menjadi bagian dari budaya Jepang dan telah tertanam dalam pemikiran seniman Jepang selama berabad-abad. Salah satu fakta bahwa Yamamoto lebih sering menggunakan perempuan sebagai model untuk peragaan busana laki-laki adalah bagian kecil dari permainan lintas gender-nya ketika mendesain.
Salah satu pengaruh besar yang Yamamoto berikan bagi dunia dalam permainan keambiguitas gendernya ini adalah karakteristik pakaian kontemporer miliknya. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sepatu hak tinggi, garis pinggang yang meninggi, garis leher yang turun dan kain tipis. Beberapa karakteristik itu menjadi alasan mengapa setelan jas hitam dan kemeja putih Yamamoto menjadi beberapa produk yang paling bertahan lama dan memikat.
Yamamoto menyatakan cintanya yang mendalam ketika mendesain pakaian, sampai-sampai ia mengatakan dia tidak bisa membayangkan “dirinya” sudah pensiun. Usia senja tidak menghentikannya untuk berkarya di bidang yang ia cintai. Bagaimana dengan Minna-san? Sudahkah Minna-san menemukan passion dan menekuninya?
Source: Wikipedia Yohji Yamamoto, ModelFact.com Yohji Yamamoto, fashion-history.lovetoknow
Author: Aditchii
Editor: Rra