Konnichiwa minna-san! Semoga selama pandemi ini, minna-san tetap berada di keadaan sehat. Minna-san, apakah pernah melihat wanita di Jepang yang mengenakan riasan berwarna putih pada tubuhnya dan memakai pakaian tradisional, kimono? Wanita itu dipanggil dengan istilah geisha.

Geisha (芸者) terdiri dari dua karakter kanji. Gei (芸) yang berarti seni dan Sha (者) yang berarti orang. Geisha adalah seniman dan penghibur (entertainer) dari Jepang, biasanya wanita. Untuk penampilan, mereka mengenakan kimono yang panjang, gaya rambut traditional, dan riasan wajah oshiroi. Oshiroi (白粉) adalah bubuk yang digunakan untuk memutihkan kulit. "白粉" berarti bubuk putih, sedangkan pengucapan oshiroi berarti "putih" (shiroi) dengan awalan kehormatan o- .

Pada umumnya, banyak yang berpendapat kalau geisha adalah wanita tunasusila yang berstatus tinggi. Kenyataannya berbeda, geisha adalah penghibur tradisional Jepang yang menampilkan kesenian tradisional Jepang, seperti tarian tradisional dan menyanyi. Geisha juga biasanya memainkan alat musik yang disebut Shamisen (三味線) yang berarti tiga senar, beberapa dari geisha terkenal karena memainkan alat musik dengan irama “melankolis”, ada juga yang terkenal karena merancang tarian yang lambat dan anggun yang memiliki simbolisme yang kompleks.

Memang terlihatnya bakat dari seorang geisha sangatlah hebat, tapi sebenarnya mereka harus bekerja keras demi mengasah bakat artistiknya dengan berlatih memainkan alat musik dan menari selama bertahun-tahun. Bahkan ada yang sudah memulai pelatihannya pada usia 6 tahun. Di rumah-rumah geisha, akan dilakukan pelatihan seni, para gadis muda akan dipasangkan dengan mentor pribadi. Rata-rata, seorang gadis menempuh banyak pelatihan selama 5 tahun atau lebih, sebelum ia diizinkan untuk menyebut dirinya seorang geisha.

Awalnya, peran dari geisha adalah sebagai asisten dari oiran. Oiran adalah penghibur berstatus tinggi yang betugas untuk memberikan hiburan sensual pada kliennya. Tetapi karena para oiran pada masa itu takut klien mereka diambil oleh para geisha, akhirnya dibuatlah sebuah peraturan. Peraturan itu mengatakan bahwa geisha tidak boleh berhubungan secara personal dengan klien mereka. Bahkan, mereka tidak boleh duduk dekat dengan tamu-tamu acara.

Namun para tamu acara lebih terpikat dengan geisha yang biaya jasanya lebih terjangkau dari oiran. Di masa Meiji (1868-1912), popularitas dari oiran memudar, sedangkan untuk geisha sebaliknya, mereka menjadi penjamu dan penghibur penting untuk acara-acara perusahaan besar dan pejabat pemerintah. Popularitas mereka semakin meningkat sampai tahun 1920-an, saat itu kira-kira ada 80.000 geisha di Jepang. Ketika negara Jepang terlibat dalam peperangan internasional, tekanan pada masyarakat pada saat itu mengancam peran profesi geisha.

Percaya atau tidak, geisha pertama itu pria! Muncul pada tahun 1730, setelah 20 tahun kemudian baru munculah geisha wanita. Sejarah mencatat kalau wanita belum menjadi geisha hingga tahun 1751, saat itu wanita yang menjadi geisha dianggap aneh. Sejak abad ke-13, banyak pria yang bekerja menjadi geisha, mereka menghibur kliennya dengan menyajikan teh, membawakan lagu, menceritakan lelucon, dan membuat klien mereka orang paling penting di ruangan.

Geisha pria kembali bermunculan pada tahun 1960-an ketika para klien wanita tajir ingin menghabiskan waktu dengan mereka. Meskipun sekarang geisha lebih berasosiasi dengan wanita, ternyata masih banyak pria di Jepang yang bekerja sebagai geisha. Ada sejumlah klub dimana para wanita menyewa jasa “geisha pria” yang lebih disebut sebagai hosuto atau host. Tidak seperti geisha pada umumnya, hosuto tidak punya keterampilan seni seperti dahulu, namun mereka tetap menemani para klien minum, memuji mereka dan membuat mereka merasa istimewa.

Sebelum geisha pria, ada juga kelompok yang disebut shirabyoshi. Shirabyoshi adalah penari wanita yang pekerjaannya mirip dengan geisha. Kumpulan wanita ini mengenakan pakaian pria, menyamar sedemikan rupa untuk menyembunyikan identitas mereka dari klien. Mereka bercerita, memainkan pertunjukan, bermain musik dan menghibur kliens seperti geisha. Tidak ada yang 100 persen yakin mengapa para wanita tersebut mengenakan pakaian pria. Namun, teori paling terkenal menyebutkan bahwa hal itu dilakukan untuk menarik perhatian para samurai.

Minna-san, demikian penjelasan mengenai geisha dan sejarahnya. Jangan lupa untuk menjaga diri dengan makan makanan bergizi, rajin mencuci tangan dan mengurangi keluar dari tempat tinggal. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Source:

VOGUE-Geisha Culture, TOKI Tokyo History of Geisha, Liputan6 5 Fakta Geisha Jepang, Mimirbook oshiroi

Author: Rra

Editor: Epsilon