Apa kabar minna-san? Semoga sehat selalu ya meski kita masih ditengah pandemi dan musim hujan yang dingin ini ya. Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang Washi, kertas tradisional Jepang yang beda dari yang lain. Kenapa berbeda ya? Ayo simak sampai akhir!

Washi (和紙) diambil dari kata wa () yang berarti “orang Jepang” dan shi atau gami () yang berarti “kertas”. Washi merupakan kertas tipis nan ringan, namun kuat dengan tekstur yang khas. Berdasarkan sejarah, teknik membuat kertas dengan tangan berasal dari Tiongkok, kemudian pada tahun 610 masehi dibawa ke Jepang oleh seorang biksu Buddha yang biasa membuat Sutra. Ada juga versi lain yang menyatakan bahwa teknik ini dibawa dari Tiongkok oleh biksu Buddha asal Korea yang juga berbagi ilmu tentang pembuatan tinta disaat yang sama. Singkat cerita, teknik tersebut diambil oleh orang Jepang dan dikembangkan, sehingga kertas yang dihasilkan menjadi lebih panjang, kokoh, dan fleksibel.

Washi dapat dibuat dari serat 3 pohon asli Jepang yaitu kozo, mitsumata, dan gampi. Pembuatan kertas ini dilakukan secara tradisional dengan tangan, proses pembuatannya telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Bahkan, karena prosesnya yang masih tradisional di era modern yang serba mesin ini, pembuatan Washi masuk dalam salah satu daftar warisan kebudayaan UNESCO dalam kategori warisan kebudayaan tidak berwujud (Intangible Cultural Heritage) pada tahun 2014. Washi juga bisa dibuat dengan mesin, hanya saja kualitasnya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan yang dibuat secara tradisional, sehingga rentang harga pasarnya jauh berbeda pula.

Selain ringan dan kuat, Washi juga merupakan kertas yang fleksibel sehingga penggunaannya bisa beragam. Seperti kertas pada umumnya, Washi juga dapat digunakan dalam penjilidan buku, yang membuat spesial adalah Washi lebih sering digunakan sebagai bagian sampul buku karena ketahanannya. Washi juga populer digunakan dalam bidang seni, misalnya menjadi pilihan media untuk kaligrafi Jepang (shodo) karena daya serapnya yang baik. Selain itu, Washi juga sempurna untuk digunakan sebagai origami dalam seni melipat kertas, tentu origami yang dibuat dengan Washi berbeda dari yang dibuat dengan kertas biasa, dikarenakan perbedaan ketipisan serta kekuatan kertasnya. Warna washi yang digunakan dalam origami juga tidak monoton, tapi dapat memiliki warna dan pola yang unik. Bukan hanya itu, Washi juga dapat menjadi bagian interior rumah, misalnya seperti pelapis kerangka untuk pintu geser maupun penyekat ruangan tradisional Jepang (Shoji). Masih banyak lagi sebenarnya kegunaan washi, tapi setidaknya begitulah gambaran ke fleksibelan kertas Jepang ini.

Bagaimana minna-san? Terlihat sekali bukan perbedaan washi dengan kertas pada umumnya? Mengagumkan juga bagi Jepang yang masih menjaga teknik pembuatan kertas tradisionalnya untuk begitu lama hingga diakui dunia. Nah, sekian untuk artikel kali ini, jangan lupa jaga kesehatan selalu ya minna-san dan sampai jumpa di artikel berikutnya!

Sumber : Japan Objects, Washiart

Author   : Nao

Editor    : Rika