Cekrek, cekrek… Begitulah kira-kira bunyi rana (shutter) kamera ketika kita mengambil gambar menggunakan ponsel buatan Apple apabila sedang tidak berada dalam mode silent. Bagi minna-san yang memiliki hobi membeli ponsel di luar negeri sebelum produk tersebut masuk ke Indonesia, tentu saja sudah tidak asing dengan pemikiran bahwa; apabila saya membeli ponsel di Jepang, maka ponsel saya tidak bisa diatur ke silent mode. Tapi tahukah minna-san bahwa pengaturan rana (shutter) kamera yang “ribut” itu adalah suatu peraturan wajib di Negeri Sakura?

Sangat ribut dan menarik perhatian!

Bayangkan ketika minna-san sedang berada di tempat yang sepi, lalu minna-san ingin mengabadikan suatu momen. Namun, sekonyong-konyong ponsel yang minna-san pegang mengeluarkan bunyi yang kuat. Cekreek, cekreekkk……. Beberapa saat kemudian, beberapa pasang mata menatap minna-san dengan tajam. Tentu saja keadaan tersebut sangatlah tidak enak, bukan?

Suara menjengkelkan tersebut tidak bisa dinonaktifkan. Di Jepang, hal tersebut berkaitan dengan masalah privasi. Hal tersebut ada, untuk mencegah terjadinya pengambilan dan penyebaran foto atau video yang tidak sopan serta melanggar privasi seseorang, misalnya foto rok wanita dari bawah. Lho, memangnya hal tersebut bisa terjadi? Oh, tentu saja bisa kawan, ingat, di dunia ini laki-laki berhidung belang dan orang mesum ada dimana-mana!

"... semua ponsel dengan kamera internal yang dikirimkan dengan suara rana yang diputar saat foto diambil - dan tidak dapat dinonaktifkan. Ini bukanlah sesuatu yang diwajibkan oleh hukum, tetapi diambil secara sukarela oleh semua orang Jepang vendor ponsel. Peraturan mandiri ini tidak pernah dipublikasikan, tetapi NTT Docomo mengatakan kepadaThe Japan Times bahwa mereka menerapkannya untuk "mencegah pembuatan film rahasia atau masalah privasi lainnya." - The Japan Times.

Bahkan perusahaan ponsel raksasa seperti Apple dan Samsung pun melakukan hal yang sama. Mereka setuju untuk menyesuaikan ponsel hasil produksi mereka yang dikirim ke Jepang sedemikian rupa sehingga suara rana kamera tidak dapat dinonaktifkan. Jadi, apabila minna-san memiliki dua buah iPhone, salah satu berasal dari Jepang dan satunya lagi berasal dari Amerika Serikat, tampilan keduanya mungkin sama. Namun, ponsel dari Jepang pasti akan memiliki suara rana kamera yang menggangu, namun ponsel dari Amerika Serikat tidak.

Jadi, apabila minna-san memiliki niat untuk membeli ponsel ketika berkunjung ke Jepang, namun tetap ingin memotret sesuatu tanpa suara rana kamera yang berisik, lupakanlah hal tersebut! Hal itu tidak akan berubah. Suara rana kamera yang mengganggu itu tidak dapat dihilangkan.

Tapi Mengapa?

Segala sesuatu dibuat dan diatur karena memiliki alasannya masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa ponsel berkamera pertama memanglah diciptakan di Jepang pada tahun 1999. Hanya dalam beberapa tahun, ponsel dengan build-in camera adalah hal yang umum beredar di Jepang. Namun, ponsel berkamera ini datang membawa masalah baru, voyeurisme. Voyeurisme sendiri adalah istilah untuk penyimpangan perilaku seksual di mana seseorang merasa puas saat mengintip orang lain yang sedang telanjang, atau sedang berhubungan seksual.

Para pelaku voyeurisme di Jepang biasanya beraksi di tempat ramai seperti kereta! Mereka memotret para wanita, bahkan parahnya hingga memotret rok mereka. Sungguh perbuatan yang tidak terpuji! Hal ini diperparah dengan fitur melampirkan gambar di surat elektronik (email). Dari sinilah awal mula suatu foto tidak senonoh dapat menyebar luas kemana-mana.

Pada tahun 2001, masalah ini sudah menjadi bahan diskusi daring. Sayangnya tidak ada tindakan atau ketentuan hukum yang dibuat oleh pemerintah terkait hal ini. Oleh karena itu, operator nirkabel mengambil alih masalah ini untuk diselesaikan secara mandiri. Untuk mencegah pengambilan dan penyebaran foto-foto tersebut, maka ditetapkanlah bahwa semua ponsel yang dijual di Jepang harus disesuaikan agar suara rana kamera tidak dapat dinonaktifkan.

Langkah cepat berhasil diambil. Namun, timbul masalah baru. Manusia adalah makhluk yang kreatif dan berakal panjang. Semua orang pasti setuju dengan hal tersebut, bukan? Selalu ada jalan keluar untuk suatu masalah. Muncullah suatu aplikasi di ponsel untuk mengambil gambar dengan kualitas rendah namun tidak dapat memicu suara rana kamera, sangat kreatif namun sangat tidak terpuji.

Cara meng­-counter hal tersebut masih belum dapat ditemukan hingga kini. Seiring perkembangan zaman, teknologi dan kecerdasan buatan yang semakin maju, mempersulit hal ini. Faktanya hingga saat ini aplikasi tersebut masih tersedia dan orang-orang menggunakannya untuk mengambil foto secara diam-diam.

Minna-san, sekian pembahasan terkait kamera ponsel dari Jepang yang tidak bisa diam ini. Semoga minna-san sehat selalu dan tetap menjalankan protokol kesehatan dimanapun minna-san berada. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Source:

photographytalk.com, tirto.id, engadget

Author: Aditchii

Editor: Nao