[Liputan] Ayo Rasakan Budaya Jepang di Indonesia pada Era 80-an di Seminar J-CAFEST GO!
Konnichiwa minna-san! Selain liputan mengenai main event, Nippon Club juga berkesempatan untuk meliput seminar yang diadakan di J-CAFEST lho. Seminar tersebut mengenai budaya Jepang di Indonesia pada era 80-an. Tentu minna-san penasaran dengan budaya Jepang di Indonesia sebelum sepopuler sekarang bukan? Yuk disimak artikel berikut ini.
Seminar dibuka dengan sapaan dari MC, yaitu Lidya dan Meyke. Mereka berterima kasih kepada media partner dan penonton karena sudah membantu dan meramaikan seminar. Kemudian, MC pun memperkenalkan pembicara seminar kali ini, yaitu Ibu Rouli Esther Pasaribu yang biasa dipanggil Ibu Rouli. Ibu Rouli merupakan Dosen Universitas Indonesia yang lahir di Kobe, Jepang lho minna!. Setelah itu, Ibu Rouli langsung menjelaskan materi seminar.
Seminar yang dibawakan yaitu mengenai refleksi terhadap budaya populer Jepang di Indonesia pada tahun 1980-an sampai sekarang, dan pengaruhnya pada hubungan Indonesia-Jepang. Seperti yang kalian ketahui, bahwa budaya Jepang sangat populer di Indonesia terutama anime dan manga. Tentu semua hal itu memiliki prosesnya dan tidak menjadi populer begitu saja. Indonesia dan Jepang memulai hubungan diplomatik pada tahun 1958, yang dimana sejak saat itulah Indonesia mulai mengonsumsi budaya Jepang.
Budaya populer Jepang pertama yang masuk ke Indonesia adalah serial anime yang berjudul Wanpaku Omukashi Kum Kum, ditayangkan di TVRI pada tahun 1970-an. Kemudian, ada lagu yang pasti kalian tidak asing lagi, yaitu lagu Kokoro no Tomo yang dinyanyikan Mayumi Itsuwa yang mulai populer sejak tahun 1980-an. Faktanya lagu Kokoro no Tomo ini hanya terkenal di Jepang lho minna. Lalu, ada serial superhero yang dinikmati oleh anak-anak Indonesia pada tahun 1980-an, seperti Megaloman, Voltus V, dan Goggle V. Selanjutnya ada drama televisi populer berjudul Oshin yang ditayangkan di TVRI pada tahun 1987. Drama ini bercerita tentang anak perempuan miskin dari Tohoku bernama Oshin yang dijual untuk bekerja pada keluarga kaya.
Kita maju ke tahun 1990-an, yang merupakan masa dimana manga, anime dan drama televisi Jepang mulai dikonsumsi secara luas di Indonesia. Manga dan anime yang pertama kali dikonsumsi secara luas adalah Doraemon dan Candy Candy. Kemudian drama televisi Jepang juga mulai masuk lebih banyak, seperti Tokyo Love Story dan Ordinary People yang ditayangkan di Indosiar pada tahun 1995. Seiring waktu berjalan, sampailah kita pada tahun 2000-an yang dimana budaya Jepang semakin berkembang di Indonesia. Sejak tahun 2000-an, Indonesia tidak hanya mengkonsumsi, tapi juga mulai memproduksi berbagai hal yang mereka pelajari dari budaya Jepang. Seperti halnya mengadakan Event Jepang, membuat style cosplay khusus perempuan yang mengenakan hijab, membuat komik dengan mengikuti style menggambar dari manga, membuat novel dengan tema atau berlatar belakang Jepang, dan lain-lain.
Dari budaya-budaya populer tersebut kita bisa mendapatkan image atau gambaran mengenai Jepang. Tentu gambaran yang kita dapat adalah Jepang yang dipenuhi oleh budaya yang menyenangkan, cantik, imut atau kawaii bukan? Selain budaya populer, terdapat juga budaya Jepang yang terbilang “serius” dan cukup dikenal di Indonesia. Seperti komik Bouken Dankichi yang bercerita tentang seorang anak yang bertahan hidup di pulau yang hanya dihuni suku pedalaman dan binatang liar. Lalu, juga ada komik Momotaro yang menceritakan seorang anak yang lahir dari buah persik.
Tidak hanya komik, terdapat juga karya sastra Indonesia lainnya seperti novel yang menceritakan sisi lain dari Jepang. Contohnya seperti Momoye Mereka Memanggilku karya Eka Hendra dan Koichi Kimura, kemudian ada Surviving the “Dai Nippon” karya RD Simon Petrus L Tjahjadi. Minna-san pasti cukup bingung mengenai Jepang itu adalah negara yang seperti apa. Itulah tujuan dari seminar refleksi ini, yaitu agar kita tidak hanya melihat dan menilai Jepang dari satu sisi saja, tetapi secara menyeluruh.
Demikian liputan mengenai seminar yang dibawakan pada J-CAFEST GO. Terima kasih kepada pihak J-CAFEST dan pembicara pada seminar kali ini, yaitu Ibu Rolie Esther Pasaribu yang telah mengadakan dan membawakan materi yang sangat bermanfaat ini. Semoga dengan liputan seminar ini bisa mendorong minna-san untuk bisa memahami Jepang secara menyeluruh. Sampai jumpa di artikel liputan Nippon Club berikutnya!
Author : MiwMiw
Editor : Floyd