Konnichiwa minna-san! Bertemu lagi dengan artikel liputan Nippon Club. Melanjutkan kemeriahan event GJUI 27, kali ini kita akan membahas keseruan dari hari kedua GJUI 27! Tentu hari kedua dari GJUI 27 tidak akan kalah serunya dari hari pertama, penasaran bagaimana keseruannya? Yuk, disimak artikelnya.
Hari kedua dari GJUI 27 diadakan sama seperti hari pertama, yaitu dari jam 09.00 sampai jam 17.00 WIB. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari kedua ini adalah Seminar Pop Culture, Workshop Japanese Class, Workshop Komik, dan yang terakhir adalah Seminar Seiyuu. Sebelum memulai masing-masing acara, pihak event memutar beberapa video seputar budaya Jepang seperti Karaoke, Bon Odori, Kabuki, dan lain-lain. Video seputar budaya Jepang ini dijelaskan oleh maskot-maskot dari GJUI 27, yaitu Mutsuki, Genta, dan Chiaki.
Video-video selesai ditampilkan, akhirnya kita berlanjut ke acara utama yang pertama yaitu seminar Pop Culture. Seminar dibuka oleh Dyah sebagai MC, Dyah berterima kasih kepada penonton dan narasumber yang telah menyempatkan waktunya untuk memeriahkan GJUI 27 hari kedua ini. Pada seminar ini akan membahas 2 tema mengenai pop culture Jepang, tema yang pertama adalah “Nostalgia Olimpiade 1964 dalam Budaya Populer Jepang” yang akan dibawakan oleh Himawan-Sensei. Himawan-Sensei menjelaskan bahwa Olimpiade ini merupakan kegiatan yang telah membawa perubahan positif ke dunia dan menjadi kegiatan paling inovatif dalam sejarah. Hadirnya Olimpiade 2020 di Tokyo seperti membawa kembali nostalgia atau kenangan dari Olimpiade 1964 di Jepang.
Olahraga adalah kegiatan yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia dan masa depan, hal tersebut dibuktikan melalui Olimpiade 1964 yang benar-benar telah mengubah Jepang sepenuhnya. Sejak diberlangsungkannya Olimpiade 1964 di Tokyo, membuat masyarakat Jepang menjadi lebih peka terhadap dunia luar atau keberadaan diluar Jepang. Selain itu, event ini juga menjadi titik tolak dari pertumbuhan ekonomi Jepang. Oleh karena itu, Olimpiade 1964 di Tokyo menjadi acara yang sangat berkenang bagi negara Jepang. Saking berkenangnya, Olimpiade 1964 sampai digambarkan di berbagai media, mulai dari televisi sampai manga.
Himawan-Sensei melanjutkan bahwa dari banyaknya media yang menggambarkan Olimpiade 1964, yang paling menarik adalah drama stasiun televisi NHK tahunan (taiga dorama) ke-58 yang ditayangkan dari 5 Januari sampai 15 Desember 2019 sebanyak 47 episode. Drama ini memperlihatkan perjalanan partisipasi Jepang di Olimpiade sejak 1912 hingga 1964. Kemudian menggambarkan juga Olimpiade 1964 yang menjadi puncak pencapaian dunia olahraga Jepang. Tidak hanya berfokus kepada Jepang, pada drama ini kita juga dihadirkan karakter-karakter orang asing yang berpartisipasi dalam olimpiade, termasuk Indonesia.
Tema yang kedua adalah “Ada apa dengan Genre Isekai?” yang akan dibawakan oleh Citra-Sensei. Citra-Sensei menjelaskan alasan ia ingin membahas topik ini adalah dikarenakan Kadokawa membentuk label penerbitan baru yang bernama Novel 0. Nah, karena Novel 0 ini adalah label baru, jadi ia mengadakan kompetisi menulis yang disitu terdapat aturan yang spesifik, yaitu tidak boleh membuat karya dengan genre isekai.
Isekai memiliki pengertian yaitu dunia paralel atau bisa dibilang dunia yang benar-benar berbeda dengan dunia kita. Jadi bisa disimpulkan untuk genre isekai itu sendiri adalah genre fantasi tentang seseorang yang berpindah, terjebak, reinkarnasi di dunia lain. Nah, kemudian Citra-Sensei menjelaskan perjalanan dari genre isekai yang telah ada dari tahun 700-an masehi di Jepang, sampai sekarang yang dimana genre isekai telah menjadi cerita utama dari banyak anime. Untuk ceritanya sendiri biasanya tentang seseorang yang menjadi “Chosen Hero” atau orang yang terpilih untuk menyelamatkan suatu dunia lain. Namun, saking banyaknya menggunakan latar cerita seperti itu membuat orang bosan, sehingga muncullah cerita-cerita baru lainnya seperti “reinkarnasi menjadi tokoh antagonis”, “Reverse Isekai (dari dunia parallel berpindah ke bumi)”, “Overpower”, dan lain-lain.
Kemudian yang dibahas adalah alasan genre isekai bisa menjadi sangat terkenal. Citra-sensei menjelaskan bahwa terdapat pepatah yang menjelaskan bahwa yang namanya fantasi itu pasti tidak akan “polos” begitu saja, pasti terdapat ideologi yang dibawa dan tidak mungkin hanya sekedar untuk hiburan saja. Fantasi menjanjikan atau menyediakan tempat untuk orang-orang bisa kabur dari rasa ketidakpuasan terhadap realitas yang mereka jalani. Hadirnya genre isekai ini pun juga memberikan dampak yang dimana membuat pemerintahan Jepang menjadi lebih memperhatikan kesehatan mental dari seseorang atau individual.
Acara berikutnya adalah Workshop Japanese Class yang akan dibawakan oleh MC, yaitu Yudha dan Puti-Sensei dari Gakushudo. Gakushudo sendiri adalah sekolah bahasa Jepang dan Manga yang telah ada sejak tahun 1987. Setelah perkenalan, Puti-Sensei langsung melanjutkan ke sesi materi belajar bahasa Jepang dasar. Puti-Sensei mulai mengajarkan dari perkenalan, angka, bulan, sampai latihan soal. Jika kalian penasaran lebih lanjut mengenai pembelajaran bahasa Jepang dan ingin mendaftar di Gakushudo, kalian bisa mengunjungi website Gakushudo untuk informasi lebih lanjut.
Kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan workshop dengan tema “Merancang Dunia Isekai-mu dan Mencurahkannya ke Dalam Komik”. Pada workshop yang dibawakan oleh Adriane akan membahas bagaimana membuat tema dunia Isekai kita sendiri yang kemudian akan dicurahkan hasil ide tersebut ke dalam bentuk komik. Adriane pertama menjelaskan apa itu “Isekai” dan bagaimana contoh hasil cetak dari genre Isekai tersebut dan juga penggunaan karakteristik yang digunakan dalam menciptakan cerita dunia Isekai. Selain itu, Adriane juga membahas hal yang harus diperhatikan dalam membuat komik bertemakan Isekai seperti menentukan world building, menentukan karakter, format dan juga teknik dalam membuat komik, dan juga efisiensi dalam membuat suatu komik. Setelah Adriane selesai memberikan materinya tentang cara membuat Isekai dan cara memasukkannya ke dalam bentuk cetak, sesi dilanjutkan dengan tanya jawab pertanyaan dari peserta.
Sesi untuk hari kedua diakhiri dengan seminar seiyuu yang dibawakan oleh MC Hami dengan narasumber yang tidak asing lagi di dunia anime di Indonesia yaitu Hana Bahagiana yang merupakan pengisi suara untuk Naruto Uzumaki, Monkey D. Luffy, dan masih banyak lainnya. Narasumber acara juga dihadiri oleh Naomi Arifin yang juga memiliki pengalaman bersekolah di sekolah seiyuu di Jepang. MC Hami menanyakan kepada kedua narasumber bagaimana perjalanan karir mereka sebagai pengisi suara atau seiyuu. Untuk Naomi, ia menceritakan pengalamannya ketika mengikuti sekolah seiyuu di Jepang selama dua tahun dan aktivitasnya disana. Cerita perjalanan karir mereka dilanjutkan dengan cerita dari Hana yang menceritakan bagaimana ia diterima menjadi pengisi suara melalui casting untuk pengisi suara karakter utama hingga membuat dirinya mendapatkan banyak tawaran menjadi pengisi suara untuk berbagai acara televisi.
Pada seminar ini, Hana juga memberikan saran untuk menjaga kualitas suara agar dapat melakukan dubbing secara baik. Hana mengatakan istirahat yang cukup dan rutin meminum air putih yang hangat dapat menjaga kualitas suara yang digunakan dalam kegiatan mengisi suara. Dari Naomi sendiri juga memberikan saran untuk menjaga kualitas suara, kita perlu menjaga diri sendiri agar kualitas suara dapat terjaga dan uniknya Naomi juga memberikan saran untuk setiap tiga jam sebelum rekaman, kita bisa memakan makanan yang berminyak dengan tujuan membuat tenggorokan licin sehingga dapat mengontrol suara yang dikeluarkan secara baik. Setelah sesi wawancara tersebut, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab pertanyaan dari peserta.
Sekian liputan mengenai kemeriahan event Gelar Jepang UI 27 untuk hari kedua, banyak hal menarik yang dapat kita lihat dan pelajari sehingga menambah wawasan terhadap kebudayaan Jepang. Terima kasih kepada pihak Gelar Jepang UI 27 dan narasumber untuk kemeriahan di hari kedua ini. Sampai jumpa di artikel liputan Nippon Club selanjutnya!
Author: MiwMiw & Rie