Kimono adalah warisan budaya yang tetap relevan dalam masyarakat Jepang. Dengan berbagai jenis dan kegunaannya, Kimono bukan sekadar pakaian, melainkan simbol identitas budaya yang kaya akan sejarah. Meskipun penggunaannya telah beradaptasi dengan zaman, esensi dan keindahannya tetap dipertahankan. Dalam beberapa dekade ke depan, kemungkinan besar Kimono akan terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan tren tanpa kehilangan akar tradisionalnya.

Kimono merupakan salah satu budaya iconic  Jepang yang telah diwariskan dari generasi ke generasi sejak tahun-tahun berlalu. Sebagai pakaian tradisional yang penuh makna, Kimono tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masa lalu, tetapi juga  menjadi bagian penting dalam berbagai acara spesial di Jepang. Dengan perkembangan zaman, penggunaan Kimono mengalami perubahan, tetapi pesonanya tetap abadi dalam dunia fashion, mode dan budaya Jepang.

Kimono on Pinterest

Kimono pertama kali muncul pada periode Heian (794–1185) dan berkembang sebagai pakaian utama masyarakat Jepang. Kata "Kimono" sendiri berarti "sesuatu yang dikenakan" dalam bahasa Jepang. Pada masa itu, desain dan bahan Kimono mencerminkan status sosial pemakainya. Kalangan bangsawan mengenakan Kimono yang dibuat dari kain sutra berkualitas tinggi dengan pola yang rumit, sedangkan masyarakat umum mengenakan Kimono berbahan katun atau linen yang lebih sederhana. Seiring waktu, gaya Kimono berkembang sesuai dengan tren dan fungsi pemakaian. Pada periode Edo (1603–1868), Kimono menjadi lebih beragam dengan berbagai motif dan warna yang menunjukkan status, musim, dan kesempatan tertentu. Hingga saat ini, Kimono tetap digunakan dalam upacara formal seperti pernikahan, upacara minum teh, dan festival budaya.

          Terdapat berbagai jenis Kimono yang digunakan sesuai dengan kesempatan tertentu. Berikut beberapa di antaranya: (Furisode) Kimono berlengan panjang yang dikenakan oleh wanita muda yang belum menikah. (Tomesode) Kimono dengan pola di bagian bawah yang biasanya dikenakan oleh wanita yang sudah menikah. (Yukata) Kimono berbahan katun ringan yang sering dikenakan saat festival musim panas. (Montsuki)Kimono formal untuk pria dengan lambang keluarga di bagian punggung. (Shiromuku) Kimono pengantin berwarna putih yang melambangkan kemurnian. Setiap jenis Kimono memiliki filosofi dan kegunaan yang berbeda, yang menambah nilai estetika dan makna dalam pemakaiannya.

source: pinterest

Saat ini, meskipun Kimono tidak lagi menjadi pakaian sehari-hari, banyak orang Jepang yang masih mengenakannya dalam acara-acara tertentu. Beberapa desainer Jepang bahkan mengadaptasi elemen Kimono ke dalam busana modern, sehingga semakin banyak orang tertarik untuk mengenakan pakaian tradisional ini dengan cara yang lebih praktis. Selain itu, turis asing yang berkunjung ke Jepang juga sering kali mencoba mengenakan Kimono sebagai bagian dari pengalaman budaya mereka.Dalam  beberapa kota seperti Kyoto dan Tokyo memiliki banyak penyedia jasa penyewaan Kimono yang memungkinkan wisatawan merasakan keanggunan pakaian ini saat berkeliling kota

Source: Kimono - Wikipedia, https://id.pinterest.com/pin/480548222752401252/, https://id.pinterest.com/pin/68748533527/


Penulis: Eternius

Editor: Kanoir